KRI IRIAN, KRI Irian merupakan kapal penjelajah kelas Sverdlov milik TNI AL pada tahun 1960-an, dimasa-masa militer Indonesia berjaya. Kapal yang berjenis penjelajah konvesional terakhir yang dibuat Angkatan Laut Uni Soviet. Kapal ini versi pengembangan dari kapal penjelajah terdahulunya, yakni kelas Chapayev. Sebelumnya Uni Soviet tidak pernah ngasih kapal seberat ini ke negara lain terkecuali Indonesia & India, mengapa Indonesia? Ya Bung Karno berteman erat dengan Uni Soviet. Kapal jenis ini dibuat Uni Sovyet hanya berjumlah 13 karena setelah itu lahirlah peluru kendali atau rudal. KRI Irian tiba di Indonesia pada tanggal 5 Agustus 1962. dan memiliki nomor kapal 201
KRI Irian memiliki senjata utama yaitu 4 buat Turret/Kubah yang mana setiap Turret berisi 3 meriam kaliber 6 inchi, sehingga total ada 12 meriam kaliber 6 inchi di geladaknya. Kemudian ada 10 tabung torpedo anti kapal selam berkaliber 535mm, 12 buah cannon tipe 57, B-38 kaliber 15 cm, 12 cannon ganda type 56, SM-5-1 kaliber 10cm, 32 Cannon multi fungsi kaliber 3.7cm dan 4 buah triple gun Mk5 kaliber 20mm (Anti Aircraft). Dalam hal kecepatan dan tenaga KRI Irian mengandalkan 2 Turbin uap TB-72 yang mendapat pasokan uap dari 6 buah ketel KV-68 dan disalurkan melallui 2 buah shaft. Total tenaga yang dapat dihasilkan antara 110.000 Horse Power - 122.000 Horse Power sedangkan kecepatan maksimum mencapai 33 knot, jadi jarak yang bisa ditempuh adalah 9000 mil laut dengan kecepatan 18 knot.
Tepatnya tanggal 14 Februari 1961 kapal ini tiba di Sevastopol, dan tanggal 5 April 1962 kapal ini memulai uji coba lautnya. Pada saat itu kru Indonesia (ALRI) untuk kapal ini sudah terbentuk dan ada di atas kapal. Mekanik kapal ini, bapak Yatijan, di kemudian hari menjadi Kepala Departemen Teknik ALRI. KRI Irian tiba di Surabaya pada 5 Agustus 1962 dan dinyatakan keluar dari kedinasan AL Soviet pada 24 Januari 1963. ALRI yang masih trial/error mengaku belajar kapal secanggih ini sangatlah sulit. Pada bBulan November 1962 terjadi sebuah tabrakan antar kapal selam Indonesia dan KRI Iriann ini yang menimbulkan 3 dari 6 boiler KRI Irian rusak parah dan kapal selam rusak berat. Suhu yang panas dan kelembapan tinggi berefek negatif terhadap armada ALRI, akibatnya banyak pralatan yang tidak bisa dioperasikan secara optimal. Di lain pihak, kehadiran kapal ini sendiri membuat kerajaan AL Belanda jadi ciut dan sedikit demi sedikit meninggalkan Papua Barat. Yang tersisa mungkin di Jayapura, masih ada musuh bebuyutan KRI IRIAN, yakni kapal induk Kareel Doorman milik AL Belanda. Pada 1964 kapal penjelajah ini sudah benar-benar kehilangan efisiensi operasionalnya dan akhirnya dikirim ke Vladivostok untuk perbaikan. Bulan Maret 1964, KRI Irian sampai di Pabrik Dalzavod untuk melakukan perbaikan.
Para pelaut dan teknisi Soviet terkejut melihat kondisi kapal dan banyaknya perbaikan kecil yang seharusnya sudah dilakukan oleh para awak kapal ternyata tidak dilakukan. Mereka juga tertarik dengan sedikit modifikasi yang dilakukan ALRI yaitu mengubah ruang pakaian menjadi ruang ibadah (sesuatu yang tentu tidak mungkin terjadi di Uni Soviet). Setelah perbaikan selesai pada bulan Agustus 1964 kapal kembali berlayar menuju Surabaya dengan dikawal oleh Destroyer AL Soviet. sangat Istimewa sekali perhatian Soviet kepada Indonesia dahulu. Setahun kemudian (1965), terjadi pergantian pemerintahan. Kekuasaan pemerintah praktis berada di tangan Jenderal Soeharto. Perhatian Soeharto terhadap ALRI sangat berbeda dibandingkan Sukarno. Kapal ini dibiarkan terbengkalai di Surabaya. Bahkan kadang-kadang digunakan sebagai penjara bagi lawan politik Soeharto.