Jagdgeschwader Richtofen adalah fighter wing pertama di dunia hadir sebagai gabungan 4 skadron karena kegagalan membangun air superiority di PD I. Jagdgeschwader yang pertama terbentuk bernama JG1, terdiri dari gabungan skadron 4, 6, 10, dan 11, dipimpin oleh Manfred von Richtofen. Manfred von Richtofen memiliki keunikan menggunakan pangkat Rittmeister (Kapten Kavaleri) bukan Hauptmann karena berasal dr Resimen Uhlan 1. Richtofen sendiri baru masuk angkatan udara pada Mei 1915, dan setelah memimpin Jasta (Skadron Pemburu) 11, mengantongi kredit 38 kills.
JG1 Richtofen disebut "Flying Circus" karena dicat unik per skuadron. Merah(Jasta 11), kuning(Jasta 10), hitam-putih kotak2 (Jasta 4 dan 6). korban pertama JG1 Richtofen adalah balon observasi,sasaran tersebut terbilang sulit karena dilindungi meriam AAA, biasanya untuk jatuhkan 1 balon memakan korban 1 pesawat. penggunaan Albatros DV pada JG1 membawa masalah pada sayap bawah, tidak bisa membuatnya menukik terlalu tajam. Sebuah kerugian bagi Richtofen.
Berbekal Albatros DIII, DV,& Pfalz DIII, keempat Jasta JG1 Richtofen mengharu biru langit eropa barat mulai Juli 1917, biarpun banyak masalah. JG1 Richtofen pada akhir Juli 1917 mendapat nama tenar Werner Voss memimpin Jasta 10 diyakini lebih hebat ketimbang Red Baron itu sendiri. Richtofen mendapat kesempatan mencoba prototipe Fokker Dr I pada 1 september 1917 dan mencatatkan kills ke-60-nya.
Sialnya, prototipe Dr I itu merenggut nyawa Kurt Wolff, komandan Jasta 11 Richtofen yang menggunakan pesawat itu pada 15 September 1917. keistimewaan dimiliki oleh Werner Voss, komandan Jasta 10 ini mendapat prototipe Dr I khusus untuk dirinya sendiri, dan diwarnai biru silver. lagi-lagi, JG1 Richtofen kehilangan pilot terbaik mereka. Kali ini Werner Voss tewas pada 23 Sept 1917 setelah duel melawan 7 S.E.5a RFC. JG1 Richtofen akhirnya melaksanakan tugas yang direncanakan waktu pembentukannya sebagai pemadam kebakaran setelah tank inggris menjebol cambrai. hanya dalam 48jam setelah serangan tank inggris, JG1 Richtofen beraksi, dan minggu awal Desember 1917, Battle of Cambrai berakhir.
Setelah melalui awal 1918 yang sepi, pada 21 Maret JG1 Richtofen mendukung serangan pasukan Jerman ke Somme, dalam cuaca buruk & miskin kills. Cuaca buruk menghalangi pergerakan JG1 sampai minggu ketiga April 1918. setelah kills ke 80nya, Richtofen dikabarkan tertembak jatuh!. terjebak oleh tembakan meriam dari darat, Richtofen yang tidak sadarkan diri jatuh menabrak tembok & dimakamkan dengan kehormatan militer penuh.
Surat wasiat Richtofen dibuka, dia telah menunjuk Reinhard dari Jasta 6 utk menggantikan dirinya seandainya dia tewas, dan dipatuhi. Richtofen tewas pada puncak kemasyhuran JG1, sehingga pada akhir Mei 1918 JG1 mendapat nama kehormatan Jagdgeschwader Frhr von Richtofen Nr 1. Komandan baru JG1 Richtofen , Wilhelm Reinhard, tewas sewaktu mengujicoba prototipe Dornier D-I setelah sebelumnya sukses dicoba Hermann Goring. Hermann Goring menjadi komandan JG1 Richtofen terakhir dan menunjukkan ketegasan bahwa tidak ada lagi operasi free-for-all unttk semua pilot. (* free-for-all atau freie jagd adalah perburuan pesawat musuh secara bebas tanpa harus melaporkan posisi mereka kepada komandannya.)
Di tengah2 aksi tentara Sekutu di Marne, pada 25 Juli 1918, adik kandung red baron, lothar von Richtofen mencatatkan kills ke-500 bagi JG1. gempuran Sekutu memaksa JG1 Richtofen makin mundur dalam hitungan jam, dan pada 6 November 1918, JG1 bertempur terakhir kalinya. Goring yg menolak menyerahkan pesawat2 JG1 Richtofen ke tangan amerika, malah terlibat 'perang' dengan sesama Jerman di Darmstadt. Kaum revolusioner Jerman mengancam akan membakar semua pesawat Goring, setelah diancam balik akan diserang, pesawat-pesawat itu dilepaskan. Goring dkk akhirnya "menyerahkan" semua pesawat JG1 Richtofen ke tangan Prancis dengan crash landed dan sisanya hanyalah tinggal kepingan!. inilah akhir dari Jagdgeschwader Frhr von Richtofen Nr 1, dalam 17 bulan hidupnya mencatat 644 kills dgn 56 pilot tewas dan 52 lain luka2.