Mungkin tidak ada tempat lain bagi perang Austria-Turki yang berlangsung pada tahun 1787-1791 selain di catatan buku sejarah jika pertempuran Karansebes tidak terjadi. Austria yang sekarang penting untuk diketahui, masih merupakan Kerajaan Austria sebelum kompromisasi Austria-Hungaria pd tahun 1866.
Di Karánsebes, Tentara Austria yang berjumlah 100.000 orang lebih baru saja datang dan sedang sibuk mendirikan perkemahan di kota tersebut. Ya sebagai rutinitas biasa segelintir kavaleri Hussar mulai menjalar keluar kota untuk berpatroli, mengantisipasi kedatangan pasukan Turki. Pasukan Turki rupanya belum ada setelah pengintaian telah dilakukan. Segelintir Hussar itu malah menemukan penjual bangsa Gipsi. Penjual Gipsi tersebut menawarkan minuman keras (schnapps) ke kavaleri Hussar yang telah lelah mengintai seharian. Tentunya langsung dibeli. Setelah membeli minuman keras itu, mulailah para Hussar Austria minum-minum hingga teler dan mabok. Tidak lama, beberapa orang prajurit Austria datang. Melihat pesta miras yang sedang berlangsung, mereka meminta bagian juga. Namun para Hussar yang mabuk menolak untuk memberikan minuman mereka ke para prajurit itu. Mereka malah membuat barikade seadanya. setelah para Hussar ini membuat barikade di sekeliling tong minuman mereka, situasi cepat berubah menjadi keruh. Terjadi perdebatan dan cekcok mulut diantara prajurit-prajurit biasa dan para Hussar. Dalam keributan salah satu prajurit menembak. Setelah penembakan situasi sudah tidak terkontrol lagi. Para prajurit dan Hussar saling menyerang satu sama lain. Terjadi semacam skirmish.
Ditengah-tengah pertempuran kecil itu, salah satu prajurit Austria yang berkebangsaan Romania malah berteriak "Turcii! Turci!!" (Turki2!!) Para Hussar yang dari tadi sudah mabok, lalu berperang dengan prajurit Austria sendiri, langsung kabur gara-gara mendengar teriakan itu. Prajurit-prajurit Austria sendiri juga malah ikutan kabur begitu melihat para Hussar kabur. Mereka kabur ke arah perkemahan di Karánsebes. Penting juga disini masalah bahasa. Kerajaan Austria pada satu sisi mirip dengan negara kita yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Ada prajurit Slovakia, Kroasia, Serbia. Ada prajurit dari Jerman Austria. Ada juga yang dari Italia dsb. Mereka tidak mengerti satu sm lain. Kerajaan Austria sama sekali tidak mempunyai bahasa nasional seperti kita di Indonesia. Dalam kekacauan sangat mudah terjadi kesalahpahaman. Di Karánsebes perwira-perwira berusaha meredakan situasi. Tetapi mereka berteriak dgn menggunakan Bahasa Jerman yang tidak dimengerti smua.
Bayangkan kata-kata perintah, "Halt! Halt! Halt!" yang diteriakan perwira Austria itu malah didengar oleh prajurit yg tidak mengerti jadi terdengar seperti, "Allah! Allah!" Ini berarti menurut sepengetahuan mereka, pasukan Turki telah tiba2 berada di perkemahan. Terjadi pelarian masalah setelah itu. Kavaleri Hussar yang sedang berlari menubruk dengan prajurit biasa dan mengacaukan perkemahan. Ini harus saya bilang terjadi di malam hari, yang tidak menolong situasi juga. Seorang komandan korps sampai-sampai mengira bahwa kavaleri Ottoman sudah melakukan Charge dan memerintahkan artilleri untuk menembak. Penghuni perkemahan yang terbangun gara2 suara pertempuran juga ikutan panik. Mereka mengira pasukan Ottoman sudah dimana-mana. Mereka mengambil musket dan pistol yang ada lalu menembak sembarang ke setiap bayangan yang lewat atau terlihat. Semua juga mengikuti. Terjadi pertempuran sengit di kekacuan itu. Pasukan Austria menembak Pasukan Austria sendiri satu sama lain. Semua pasukan ikut terjun. Setelah beberapa saat tentara Austria akhirnya mundur sendiri, mengira telah dikalahkan dan di ambush oleh pasukan Ottoman. Kaisar Josef II yang merupakan komandan paling tinggi sekaligus raja Austria didorong dari kudanya sampai nyungsep ke sebuah anak sungai. Pertempuran berakhir setelah semua pasukan Austria mundur atau kabur dari tkp. Pasukan Austria telah kalah melawan dirinya sendiri.
Ketika dua hari kemudian pasukan Ottoman yang beneran datang, mereka melihat 10.000 prajurit tewas atau terluka di lapangan. Kebetulan atau tidak, setelah perang berakhir, dan traktat perdamaian ditandatangani, Austria tidak pernah lagi berperang melawan Ottoman. Gesekan diplomatis mungkin masih terjadi, tapi perang terbuka diantara Austria-Ottoman sudah tidak pernah terjadi lagi.