Sejak Indonesia mengalami era pembangunan, Jakarta seolah
menjadi pusat segalanya. Baik itu kegiatan ekonomi, pengambilan
keputusan-keputusan politis, maupun pusat kehidupan. Selama berpuluh-puluh
tahun, berbagai media di Indonesia juga menyoroti permasalahan Jakarta
(kemacetan, banjir, kepadatan penduduk) seolah semuanya adalah persoalan
nasional.
Sementara itu, ada berbagai pusat ekonomi baru dan kota-kota
yang tumbuh, menyejahterakan penduduknya, tapi tidak tersorot oleh media
nasional. Cerita-cerita tentang kehidupan mereka yang tinggal di luar Jakarta
luput dari perhatian. Padahal, menurut kami, cerita-cerita ini penting untuk
menunjukkan bahwa peluang meraih pendapatan ada di berbagai kota di Indonesia
(meski pemerataan kesempatan masih jadi isu besar di negeri ini).
Berikut kami akan memeberikan kota-kota alternatif yang "cukup" menggantikan Jakarta sebagai poros segala hal..
1. Solo
Banyak surat elektronik yang kami terima berasal dari warga
Solo yang bangga dengan kota mereka. Seperti dari Rizky Ayu yang menyebut bahwa
keberadaan pasar tradisional yang nyaman dan bersih, angkutan umum dengan
standar profesional terukur, serta terjaganya kampung-kampung budaya dan
festival tahunan sebagai faktor kebanggaan Solo.
Potensi wisata mendukung terciptanya lapangan pekerjaan.
"Mau kerja kantoran? Bisa. Banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga Anda
di sini. Mau wiraswasta? Apalagi! Ada banyak peluang bisnis di sini bila Anda
jeli. Anda tidak perlu takut digusur Satpol PP yang bersenjatakan pentungan
bila berdagang kali lima di sini. Ada sejumlah shelter di tempat-tempat
strategis yang siap untuk Anda pakai berjualan," kata Rizky dalam emailnya
kepada kami.
Murahnya harga kebutuhan hidup pokok serta jalanan yang
tidak macet juga menjadi faktor plus lainnya. Kualitas sekolah dan universitasnya
pun cukup tinggi.
2. Surabaya
Adji Setiawan dulunya tinggal di Jakarta. Lalu pada 2006 ia
memutuskan untuk hijrah ke Surabaya dan memulai usaha desain interior dari nol.
Yang membuatnya terkaget-kaget adalah, "(Memulai) usaha di Surabaya jauh
lebih mudah dengan kecepatan jauh lebih cepat daripada memulai usaha di
Jakarta." Kini ia tak mengaku tak mau lagi tinggal di Jakarta.
"Sekarang tergantung pihak pemerintah dan media, untuk tidak selalu
menyorot Jakarta dengan 'kemegahan' palsunya," tambah Adji.
3. Yogyakarta
Menurut Andre Veriangga, Staf Kependudukan Pemerintah Daerah
Sleman, DI Yogyakarta, Yogya adalah kota ideal pilihannya. "Banyak yang
bisa kita dapatkan di kota ini, mulai dari fasilitas pendidikan murah dan
beragam, transportasi yang memadai ke seluruh penjuru wilayah, birokrasi
pemerintahan tidak berbelit-belit, makanan beragam dan murah meriah, kebudayaan
masih asli, ramah tamah penduduk asli yg mampu berdampingan dengan etnis lain
maupun pendatang, dan kemudahan pihak-pihak dalam negeri atau asing untuk
berinvestasi," tulisnya dalam email.
Selain itu, tidak ada macet juga menjadi salah satu faktor
kenyamanan hidup di Yogya. "Tidak akan terlihat wajah-wajah tegang di pagi
hari terburu-buru masuk kantor, semrawut kendaraan yg menyebabkan kemacetan
panjang hingga berjam-jam, keteraturan pola kehidupan saat pagi-siang-sore-dan
malam, kemudahan menjangkau wilayah-wilayah tertentu sesuai keinginan, bahkan
akses jalan di kota kami sangat mudah." Terdengar sangat menggiurkan
bukan?
3. Balikpapan
Kekayaan alam Kalimantan juga memunculkan pusat-pusat
ekonomi. Juliet menyebut Balikpapan sebagai pintu gerbang utama Kalimantan
Timur. "Setiap tahun, orang-orang dari berbagai daerah (Jawa, Sulawesi,
Sumatra, dsb) berbondong-bondong mencari nafkah dan mencoba peruntungan
hidupnya di kota Balikpapan. Apalagi dengan banyaknya perusahaan investor asing
yg berdiri dan berkantor di Balikpapan," kata Juliet.
Deky Rohie juga menyebut Balikpapan sebagai kota idaman.
"Banyak perusahaan-perusahaan asing yang memberikan gaji besar, minyak
berlimpah, sumber mineral dan batubaranya banyak," dia memberi alasan.
Buat Amiruddin M, Balikpapan juga menjadi salah satu kota
yang ia rekomendasikan, meski ia menyebut kota-kota lain di Kalimantan Timur
(Kutai Kartanegara, Bontang, Nunukan dan tempat tinggalnya, Samarinda).
"Berbicara tentang Jakarta bagi saya bukanlah tempat yang menarik," kata
dia. Ia pernah berkuliah di Jakarta, tapi untuk tinggal, "ratusan kali
berpikir (ulang)."
"Kalau anda mau mencari uang datanglah kemari. Kota
kami menawarkan kepada Anda ribuan
lowongan kerja hampir setiap bulan dengan spesifikasi lapangan kerja
yang bervariasi, mulai dari sektor pertambangan, perkebunan dan industri. Semua
menjanjikan rupiah yang tidak sedikit," ia mengiming-imingi.
pehh... (n) semuanya di "Jawa".....
BalasHapusMATARAM..... ngga macet, sejuk, biaya hidup murah....
Surabaya jangan dimasukin!! Panas, kotor, berdebu, macet, penduduknya temperamental...(n)